Foto : Aldo/platmerah.co.id
Suasana Musrenbang tingkat Kabupaten Muara Enim di Gedung
Kesenian Putri Dayang Rindu Muara Enim, Rabu (1/4)
|
Platmerah | Muara Enim,SUMSEL - Pada saat sesi tanya jawab di kegiatan Musrenbang tingkat Kabupaten Muara Enim, Forum Pondok pesantren di Kabupaten
Muaraenim, Sumatera Selatan keluhkan minimnya bantuan pemerintah terhadap kegiatan keagamaan.
Padahal Ponpes merupakan salah satu pencetak ustadz di Indonesia.
"Pondok
pesantren ini dibawah Kementerian Agama RI, jadi susah kalo mau
mengajukan bantuan. Seharusnya Pemerintah Pusat melakukan revolusi
mental
dimulai dengan pola pesantren," ujar Ketua Forum Pesantren Kabupaten
Muaraenim, Taufik Hidayat Sag,saat tanya jawab di kegiatan Musrenbang
tingkat Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, yang digelar di gedung
Kesenian Putri Dayang Rindu, Rabu (1/4).
Menurut Taufik yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Darus Sa"adah Muaraenim, dengan pola
pendidikan 24 jam yang diterapkan di pesantren seharusnya pengucuran dana dari
pihak pusat harus lebih banyak. Ini malah sekolah umum yang pola pendidikannya
hanya setengah hari, mendapat perhatian dan bantuan yang lebih. Padahal salah
satu untuk mendukung generasi muda kedepan selain Iptek juga Imtaq. Intinya
Iptek dan Imtaq harus berjalan seiring.
"Kita tidak iri, tetapi kita minta ada kesetaraan minimal ada perhatian
yang sama dari pemerintah terhadap lembaga pendidikan baik yang umum ataupun
keagamaan. Kami sampai malu kalau menghadap bupati terus minta bantuan untuk
menghidupi Ponpes," ujar Taufik.
Dikatakan Taufik, pihaknya selama ini hendak membangun pagar pesantren
hingga sekarang tidak terealisasi. Bahkan untuk operasional saja pihak Ponpes
harus nomboki alias ngutang. Sebab jika mengharapkan bayaran sekolah anak-anak
tidak mencukupi, belum untuk biaya operasional, gaji tenaga pengajar, makan dan
minum dan lain-lain. Apalagi saat ini, kondisi perekonomian semakin terpuruk
yang berimbas kepada siswa yang hampir sebagian besar tidak bisa membayar uang
sekolah tersebut. Dan perlu diketahui, kita tidak dapat dana BOS seperti
sekolah umum, honor ustad dan lain-lain.
"Kita tidak tega mengeluarkan dari ponpes karena tidak bisa
bayar," katanya.
Jadi kedepan, lanjut Taufik, ia berharap kepada pemerintah atau pihak terkait
untuk bersama-sama memikirkan kemajuan dunia Ponpes di Indonesia. Sebab jika
buka pemerintah dan instansi terkait, siapa lagi yang mau peduli terhadap
keberlangsungan keagamaan.
Sementara itu, Kepala Bappeda Muaraenim Abdul Nadjib, mengakui jika
penganggaran dana untuk kegiatan pesantren sudah menjadi permasalahan. Sebab,
pesantren hubungannya vertikal dengan Kementerian Agama RI, sehingga tidak ada
SKPD Pemkab Muaraenim yang bisa menghandel langsung. Paling anggarannya hanya
melalui hibah. Untuk tahun ini, Pemkab Muaraenim melalui SKPD Dinas PU CK
membantu dalam hal kegiatan pembangunan fisik rehab ponpes dan panti asuhan
yang dianggarkan APBD Pemkab Muaraenim senilai Rp 5 miliar.
"Kami ingin membantu lebih, tetapi bagaimana caranya supaya tidak
menyalahi aturan yang ada," ujar Najib.
Sementara Plt Sekda Muaraenim, Hasanudin, menambahkan memang rumit
mengalokasi anggaran untuk kegiatan Ponpes. Namun, Pemkab Muaraenim terus
mencari celah bagaimana untuk membantu pembangunan pada sektor keagamaan. Sebab
memang harus diakui pembangunan Iptek memang harus diikuti dengan pembangunan
Imtaq.(@ldo-PM)
No comments:
Post a Comment