Plat Merah | Selayar, Sulsel - Pemadaman bergilir aliran Listrik di Kep. Selayar setiap tahunnya diduga sengaja dilakukan oknum PLN wilayah untuk meraih keuntungan pribadi.
Hal ini terungkap berawal dari mesin bekas hasil investigasi terkait pemadaman bergilir yang terjadi di PLN Ranting Selayar setiap tahunnya selalu disebabkan karena kerusakan mesin pembangkit di Tangkala pada setiap tahunnya dan pembengkakan anggaran operasional perbaikan. Selain itu biaya bahan bakar minyak mencapai Rp 5 milliar setiap bulannya, yang pada akhirnya pihak PLN Selayar dan masyarakat hanya bisa bersabar dan pasrah sambil menunggu komando dari pimpinan PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sulawesi, Maluku dan Papua Jalan Hertasning, Makassar, Sulawesi Selatan.
Kasus pemadaman bergilir yang sudah bertahun – tahun lamanya, PLN Wilayah Ibaratnya “menari - menari diatas luka”. Diduga ada keuntungan dibalik kerusakan dengan menggunakan rekanan bisnis PLN wilayah Sulselbar sangat serasi dengan namanya yang berbentuk badan usaha ini.
"Sudah tujuh ( 7 ) mesin Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) Tangkala Desa Parak, Kecamatan Bontomanai masing – masing memiliki daya 1000 kw, ada satu mesin sewa milik swasta diduga pemiliknya oknum PT PLN Wlayah Sulawesi selatan,Tenggara dan barat ( Sulselrabar ) di atasnamakan rekanan," menurut sumber yang tidak ingin disebut namanya termasuk pengadaan bahan bakar minyak (BBM) juga diduga oknum PLN Wilayah bermain atas nama rekanan.
"Rata – rata ketujuh mesin adalah mesin bekas yang sudah mengalami keausan. Yang terakhir kalinya adalah mesin bekas dari kabupaten Jeneponto dibawa ke Selayar, dalam jangka waktu tidak lama mesin sudah mengalami kerusakan termasuk mesin sewa juga mengalami kerusakan. Untuk memperbaikinya menggunakan anggaran perbaikan yang cukup besar," ujar sumber yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan karena ini sudah menjadi wacana ditempat – tempat umum.
Hasil penelusuran Tim Plat Merah terhadap Perusahaan Listrik Negara ( PT. PLN ) Selayar menggunakan anggaran sebesar Rp 5 Milliar setiap bulannya. Nilai anggara yang cukup fantastik hanya untuk biaya bahan bakar mesin dan biaya operasional tidak termasuk gaji pegawai Rp 2 Milliar berasal dari pembayaran pelanggan atau omset PLN Selayar, sedangkan Rp 3 Milliar berasal dari anggaran pusat. Besaran anggaran ini diduga dikendalikan oleh PLN Wilayah Makassar.
Ketika kedua pucuk pimpinan PLN Selayar ditemui wartawan ditempat yang berbeda membenarkan PLN Selayar menggunaka anggaran sebesar Rp 5 Milliar setiap bulannya.
"Itu hanya biaya Bahan Bakar Minyak dan Operasional," tandasnya.
Menurutnya, anggaran sebesar itu di luar gaji pegawai, ujarnya sambil mengeluhkan.
"kerusakan 3 mesin yang dialami saat inil menunggu suku cadangnya dari Jerman," ujarnya.
Hingga berita ini dimuat, belum ada klarifikasi dari PT. PLN Wilayah Sulselbar. (MJ)
Hal ini terungkap berawal dari mesin bekas hasil investigasi terkait pemadaman bergilir yang terjadi di PLN Ranting Selayar setiap tahunnya selalu disebabkan karena kerusakan mesin pembangkit di Tangkala pada setiap tahunnya dan pembengkakan anggaran operasional perbaikan. Selain itu biaya bahan bakar minyak mencapai Rp 5 milliar setiap bulannya, yang pada akhirnya pihak PLN Selayar dan masyarakat hanya bisa bersabar dan pasrah sambil menunggu komando dari pimpinan PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Pembangkit Sulawesi, Maluku dan Papua Jalan Hertasning, Makassar, Sulawesi Selatan.
Kasus pemadaman bergilir yang sudah bertahun – tahun lamanya, PLN Wilayah Ibaratnya “menari - menari diatas luka”. Diduga ada keuntungan dibalik kerusakan dengan menggunakan rekanan bisnis PLN wilayah Sulselbar sangat serasi dengan namanya yang berbentuk badan usaha ini.
"Sudah tujuh ( 7 ) mesin Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) Tangkala Desa Parak, Kecamatan Bontomanai masing – masing memiliki daya 1000 kw, ada satu mesin sewa milik swasta diduga pemiliknya oknum PT PLN Wlayah Sulawesi selatan,Tenggara dan barat ( Sulselrabar ) di atasnamakan rekanan," menurut sumber yang tidak ingin disebut namanya termasuk pengadaan bahan bakar minyak (BBM) juga diduga oknum PLN Wilayah bermain atas nama rekanan.
"Rata – rata ketujuh mesin adalah mesin bekas yang sudah mengalami keausan. Yang terakhir kalinya adalah mesin bekas dari kabupaten Jeneponto dibawa ke Selayar, dalam jangka waktu tidak lama mesin sudah mengalami kerusakan termasuk mesin sewa juga mengalami kerusakan. Untuk memperbaikinya menggunakan anggaran perbaikan yang cukup besar," ujar sumber yang tidak ingin identitasnya dipublikasikan karena ini sudah menjadi wacana ditempat – tempat umum.
Hasil penelusuran Tim Plat Merah terhadap Perusahaan Listrik Negara ( PT. PLN ) Selayar menggunakan anggaran sebesar Rp 5 Milliar setiap bulannya. Nilai anggara yang cukup fantastik hanya untuk biaya bahan bakar mesin dan biaya operasional tidak termasuk gaji pegawai Rp 2 Milliar berasal dari pembayaran pelanggan atau omset PLN Selayar, sedangkan Rp 3 Milliar berasal dari anggaran pusat. Besaran anggaran ini diduga dikendalikan oleh PLN Wilayah Makassar.
Ketika kedua pucuk pimpinan PLN Selayar ditemui wartawan ditempat yang berbeda membenarkan PLN Selayar menggunaka anggaran sebesar Rp 5 Milliar setiap bulannya.
"Itu hanya biaya Bahan Bakar Minyak dan Operasional," tandasnya.
Menurutnya, anggaran sebesar itu di luar gaji pegawai, ujarnya sambil mengeluhkan.
"kerusakan 3 mesin yang dialami saat inil menunggu suku cadangnya dari Jerman," ujarnya.
Hingga berita ini dimuat, belum ada klarifikasi dari PT. PLN Wilayah Sulselbar. (MJ)
No comments:
Post a Comment