Menteri PPPA Yohana Susana Yembise |
Plat Merah | JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Susana Yembise ternyata tidak berprestasi. Menghabiskan waktu terlalu banyak ke Papua, bahkan di kantor, mayoritas waktu menerima tamu dari Papua.
"Selama November-Februari, Yohana tak kurang dari sepuluh kali ke Papua. Padahal Indonesia ini bukan hanya Papua, dan Yohana bukan 'menteri urusan Papua' tetapi Menteri PPPA," ujar Vivi Evilia, Ketua Srikandi Barisan Relawan Jokowi Presiden (BaraJP) di Jakarta, Rabu (11/3).
Dari penelusuran Srikandi BaraJP, Menteri Yohana mengangkat sejumlah staf ahli dari keluarga dan ipar. "Kalau prestasinya bagus, tak masalah. Tak heran, para pegawai Kementerian PPPA malah menjadikan staf ahli Yohana jadi bahan olok-olok," ujar Vivi.
Sekjen Srikandi BaraJP, Carlin Siregar menambahkan, dengan kinerja buruk Yohana, sulit mengharapkan kemajuan perempuan. "Kami tahu, dalam rapat di DPR, paparan Yohana tidak jelas. Bahkan dalam rapat di Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Yohana juga 'jaka sembung bawa golok,'" ujar Carlin.
"Pernah suatu kali dalam rapat di Kantor Menko PMK, pembahasan tentang masalah A, Yohana bicara tentang Z. Meskipun sudah diingatkan, tetap tak memahami topik bahasan. Banyak pegawai bilang, Yohana tidak fokus." ungkap Carlin.
Bukan hanya dalam rapat Yohana tidak fokus, dalam pembicaraan sehari-hari pun Yohana tampak tidak fokus. "Pikirannya seperti melayang. Sehingga dalam beberapa menit, bisa tidak paham apa yang sudah dibicarakan," ujar Carlin dan Vivi.
"Pak Jokowi bilang, Yohana adalah utusan relawan BaraJP menjadi menteri dalam Kabinet Kerja. Supaya lebih elegan, lebih baik BaraJP sendiri yang mengkritik Yohana, dan dengan ini kami meminta agar Jokowi mencopot Yohana," tandas Vivi Evilia.
Dari catatan BaraJP, pernyataan Yohana bahwa mas kawin bisa menjadi sarana eksploitasi wanita, disorot anggota Komisi VIII DPR Sodik Mudjahid, betapa Yohana tidak memiliki pemahaman filosofis. "Filosofi mas kawin justru sebagai pemuliaan kepada perempuan,” kata Sodik.
Carlin mengatakan, tugas Menteri PPPA tidak ringan. Seperti yang dikemukakan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam pidato di Hari Perempuan Internasional, di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2015), meminta Jokowi membuka ruang bagi kaum perempuan untuk mengaktualisasikan diri.
Megawati menyinggung janji kampanye Jokowi terkait isu-isu perempuan. Bukan hanya dirinya, Megawati yakin kaum perempuan juga berharap Jokowi memenuhi janji tersebut. "Tahun ini adalah tahun penentuan bagi perempuan Indonesia. Janji politik telah disampaikan," kata Presiden V Megawati.
Meski meminta Yohana segera diganti, BaraJP berpendapat, tetap harus ada menteri asal Papua, sebagi bukti bahwa saudara-saudara dari wilayah paling timur Indonesia adalah sederajat. "Kami pecinta Papua, Yohana diganti, meminta ada lagi menteri orang Papua," tukas Vivi Evilia. (dd)
No comments:
Post a Comment