Plat Merah | Jakarta - Tidak lama setelah mendeklarasikan diri maju di Pilpres pada awal Mei 2014, elektabilitas Prabowo naik tajam. Kenaikan elektabilitas Prabowo hingga menyaingi elektabilitas Jokowi pada akhir Mei 2014 membuat banyak orang di kubu Jokowi panik.
Pengamat politik dari NCID Jajat Nurjaman menduga Jokowi sendiri membuat kesalahan fatal dengan mengizinkan tim suksesnya melakukan segala cara untuk mendongkrak elektabilitas dan memenangkan pertarungan.
"Bukan tidak mungkin Jokowi adalah memberikan perintah atau meng-iya-kan saran pemenangan Pilpres dengan segala cara melalui telepon, dan telepon tersebut disadap oleh Australia. Akhirnya percakapan yang mungkin terjadi hanya beberapa detik saja menjadi sandera bagi Jokowi, sekarang diketahui Australia dan Selandia Baru menyadap teleponnya" ujar Jajat melalui press rilisnya yang diterima redaksi Plat merag, Selas (10/3/2015).
Jajat mengatakan bahwa di atas kertas, sulit bagi Jokowi dan tim suksesnya untuk memenangi pertarungan melawan Prabowo. Sebab Prabowo didukung oleh banyak partai besar, didukung oleh NU, dan didukung oleh akar rumput yang merindukan Suharto.
"Saya yakin Jokowi orang baik yang tidak mau menang curang. Tapi Jokowi dikelilingi orang-orang yang punya rekam jejak menghalalkan segala cara untuk memenangi pertarungan politik. Jika Jokowi tidak merasa bersalah, untuk apa menunda eksekusi mati setelah muncul berita penyadapan oleh Australia? Sekarang akibatnya rakyat percaya memang Jokowi berbuat atau mengizinkan perbuatan tidak pantas saat disadap Australia jaman Pilpres lalu" tutup Jajat.
No comments:
Post a Comment