Menguatnya
duet Jokowi-JK ditandai dengan banyaknya survei yang menunjukkan
elektabilitas pasangan ini akan memenangi pilpres dengan satu putaran
saja.
Cyrus Network
menyebutkan dengan simulasi 3 pasang Capres-Cawapres, duet Jokowi-JK
akan memperoleh suara sebesar 52,8%. Survei yang dilakukan dalam kurun
Februari-Maret 2014 tersebut juga mensimulasikan dua pasang
Capres-Cawapres, lagi-lagi Jokowi-JK keluar sebagai pemenang dengan
perolehan 57,3%
Antusiasme
masyarakat menyambut bakal duet Jokowi-JK pun sangat tinggi, terlihat
dengan beredarnya stiker Jokowi-JK yang merupakan wujud dari harapan
publik pada perpaduan pemimpin muda dan negarawan senior. Duet Jokowi-JK
juga sempat menjadi trending topic di jejaring sosial Twitter.
Aan
Rukamana pengamat politik dan kenegaraan Universitas Paramadina pun
idem dengan sejumlah fakta keunggulan Jokowi-JK yang diperlihatkan oleh
sambutan masyarakat dan survei. Ia mengatakan, kuatnya pasangan ini akan
membawa banyak manfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan.
Aan tak setuju, dengan pendapat pengamat yang khawatir dengan JK yang
lebih senior dari Jokowi.
“Kalau
kelemahan pastilah tidak ada yang sempurna. Tapi kalau bicara azas
manfaat, JK akan lebih banyak manfaatnya bila mendampingi Jokowi.” Tukas
pria yang akrab disapa Kang Aan saat berdiskusi virtual melalui Google
Hang Out (21/4/2014).
Senioritas JK, lanjut Aan, akan
menumbuhkan kepercayaan diri yang tinggi bagi Jokowi dalam menjalankan
roda pemerintahan dan menjaga keutuhan negara yang menjadi tempat
bernaung ratusan juta penduduk.
“Pengalamannya (JK) sebagai
senior justeru memperkuat rasa percaya diri Jokowi memimpin NKRI yang
luas, jumlah penduduknya 250 juta jiwa dengan aneka problematika. Jokowi
akan lebih berani bermanuver karena didampingi figur berpengalaman,”
ucapnya.
Aan juga menekankan negara ini membutuhkan lompatan
yang luar biasa untuk mengejar ketertinggalan di berbagai bidang demi
tercapainya Indonesia hebat yang membawa kesejahteraan masyarakat.
Sebagai Capres populer,Jokowi dianjurkan untuk memilih Cawapres mumpuni
yang mampu menopang kerjanya secara kuat untuk menciptakan perubahan
besar.
“Kalau Jokowi ingin menjadikan Indonesia Hebat, dia
butuh booster perubahan yang bisa membantu menggerakkan terjadinya
perubahan besar,” kata Ketua Program Studi Falsafah dan Agama
Universitas Paramadina itu.
Aan
mencontohkan, Obama yang seumuran dangan Jokowi tak segan memilih Joe
Biden yang juga sebaya dengan JK sebagai Wakil Presiden dari tokoh
senior yang sangat berpengalaman dan mempunyai kemampuan tinggi dalam
melakukan lobi-lobi politik guna memuluskan program-program pro rakyat
dari pemerintah.
Aan yakin dengan pengalaman Jokowi sebagai
Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, ia tak akan sungkan berbagi
tugas secara jelas dan terarah dengan JK.
“Hal
yang sama dilakukan oleh Obama dengan memilih Joe Biden yang jauh lebih
senior sebagai pendampingnya. Biden dimaksimalkan melakukan lobi-lobi
politik untuk meringankan kerja Obama sebagai presiden negara Adidaya
tersebut. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran Jokowi akan sungkan.
Keduanya justeru bisa saling mengisi,” tambah Aan.
Usia
politik Jokowi dan PDIP yang masih panjang, lanjutnya, membutuhkan
figur kuat untuk membantu tugas Presiden di pemerintahan tetapi tidak
punya ambisi kekuasaan di masa mendatang. Pendapat yang mewacanakan
cawapres dari kalangan muda, kata Aan, malah akan menyandera Jokowi
dalam perebutan citra untuk kursi Presiden pada suksesi pemerintahan
selanjutnya, bahkan cawapres muda berpotensi melahirkan matahari kembar.
“Kalau
sesama orang muda, justeru riskan, karena potensial untuk saling
bersaing berebut citra. Figur sesama muda malah rentan melahirkan
matahari kembar. Yang namanya juga darah muda,” ucap Aan yang khas
dengan senyumannya.
Aan menambahkan, jika Jokowi memilih Cawapres muda, hal itu cenderung menciptakan persaingan ke dalam.
“Kalau
sama-sama muda, bisa pecah kongsi nantinya, seperti yang banyak terjadi
di level daerah, belum lima tahun sudah bersaing. Belum lagi faktor
pengalaman yang minim, sementara lingkup tugas sebagai presiden-wapres
sangat luas dengan tanggung jawab yang besar, itu tidak mudah diatasi.”
Pendapat
tentang ketakutan jika Jokowi bersanding dengan JK akan kehilangan
pemilih pemula, langsung ditepis oleh Aan. Menurutnya, fakta survei
sudah cukup jelas bahwa pasangan yang memperoleh elektabilitas paling
tinggi adalah duet Jokowi-JK.
“Soal
elektabilitas hingga kepada pemilih pemula. Kita mengacu saja kepada
hasil survei, bahwa pasangan yang paling tinggi tingkat elektabilitasnya
dan paling rendah resistensinya, adalah pasangan Jokowi-JK, sehingga
tidak perlu ada kekhawatiran. Melihat hasil survei tersebut, itu sudah
cerminan bahwa pasangan inilah yang dikehendaki rakyat Indonesia,” tutup
Aan dengan ekspresi wajah cerahnya.
No comments:
Post a Comment