Platmerahnews | JAKARTA - Dinamika politik
internal di berbagai partai politik menjelang pemilihan presiden semakin
terasa. Terakhir, sebagian kader PDIP menyatakan dukungan agar putra Megawati
Sukarnoputri, Prananda Prabowo agar maju sebagai cawapres dari Prabowo
Subianto.
"PDIP saat ini berada di persimpangan
jalan. Sebagian kadernya sekarang sudah menyadari, Jokowi adalah boneka Amerika
- dan agenda Amerika adalah menumpas segala gerakan nasionalis termasuk pada
akhirnya menumpas PDIP. Jokowi Presiden, Megawati terkudeta, PDIP bubar -
begitulah kira-kira," ujar Direktur Eksekutif NCID, Jajat Nurjaman dalam press rilisnya yang diterima redaksi Platmerah, Selasa (29/4).
Jajat melanjutkan, perolehan suara PDIP di
pemilu legislatif yang mengecewakan dan fakta bahwa Jokowi bergerak secara
otonom untuk mencari mitra koalisi adalah dua fakta yang mempertegas Jokowi
tidak layak menjadi capres dari PDIP. "Jokowi anggap PDIP besar karena
dia. Padahal salah, PDIP sudah besar sebelum Jokowi jadi terkenal," tutup
Jajat.
Sebelumnya, Ketua Umum Aliansi Banteng Muda
Indonesia (ABMI), M Syahrir mengatakan "pasangan Prabowo-Prananda dinilai
bisa menyelamatkan bangsa Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan penjajahan
bangsa asing."
Oleh karena itu, ABMI mendukung sepenuhnya
aspirasi tersebut karena ini adalah pasangan nasionalis yang ideal, pasangan
militer-sipil. "Prananda adalah politikus dari partai PDIP. Ia juga cucu
dari Presiden Pertama RI, Soekarno dan putra kedua Presiden ke-5 RI, Megawati
Soekarnoputri dari suami pertamanya, Letnan Satu Penerbang Surindro
Supjarso," bebernya.
Keuntungan yang lainnya sambung Syahrir, yaitu
tidak punahnya trah Bung Karno di dunia politik. Saat ini PDIP sedang dalam
persimpangan jalan. "Inilah yang menjadi keprihatinan kami, mengapa kami
mendukung Prananda," tutupnya.(NC)
No comments:
Post a Comment