JAKARTA - Jokowi dan siapa pun yang
menjadi cawaspres, mengemban tugas memberantas mafia ekonomi dan hukum, yang
selama ini membuat rakyat menderita dan jumlah orang miskin sulit dikurangi.
"Jokowi
harus memilih pasangan yang bisa membantu memberantas mafia ekonomi hukum,"
kata Sekjen Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Utje Gustaaf Patty, di
Jakarta Senin (21/4).
Utje mengatakan, rakyat sudah muak atas aniaya bandar-bandar politik, aliansi
penguasa-pengusaha. Pengelolaan pemerintahan 10 tahun terakhir yang memberi
"kue-kue" merata ke semua golongan, hanya menjadi arena pertarungan
aliansi penguasa-pengusaha.
"Impor
migas yang tiada henti, merupakan contoh produk mafia pencari komisi (rent
seeking). Kita bukan tidak mampu membangun kilang pengolahan minyak mentah,
tapi sengaja tidak dibangun agar kebutuhan konsumsi dalam negeri tetap diimpor.
Ini bagian dari siasat agar mafia migas tetap memperoleh komisi." katanya.
Dalam
mafia hukum, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang didirikan Presiden SBY,
ternyata tidak berlanjut, hanya menjadi jargon SBY guna pencitraan. Mafia di
Mahkamah Konstitusi (MK), dan jelas merupakan mafia yang bukan baru terjadi,
bukti kuat mafia peradilan.
"Ketergantungan
impor pangan juga dipelihara. Dengan nilai impor pangan tahun 2013 yang sekitar
Rp 320 trilun, adalah nilai yang sangat besar. Jika rent seeker memperoleh
10% atau Rp 32 triliun, tak terbilang pengorbanan rakyat untuk menghidupi
aliansi pengusa-pengusaha, jelas Utje.
Kekurangan
pasokan listrik bukan tidak diketahui sejak awal sehingga tahu persis kapan
kapasitas harus ditambah, adalah contoh cerdik-pandai yang pura-pura bodoh.
Krisis sengaja diciptakan, sebab dalam situasi kacau itulah rent seeker bisa
leluasa.
Utje
juga menyebut perbaikan jalan raya di Pantura yang disengaja tidak pernah
tuntas, adalah lakon yang bisa dilihat rakyat secara langsung. Semua demi mafia
proyek.
Standar
miskin Rp 1,2 juta per bulan untuk 4 orang (suami-istri dengan 2 anak), adalah
pengelabuan yang tidak masuk akal. "Jumlah orang miskin disulap menjadi
hanya 28 juta jiwa, padahal dengan standar PBB US$ 2 per hari, jumlah orang
miskin adalah sekitar 108 juta jiwa," pungkas Utje. (RJ)
No comments:
Post a Comment